Monday, January 19, 2009

Rebutan Isi Ransel

W.B. Iriansyah '83

Masa penjurusan di I 8 di tahun 1980 telah berlalu, saya masuk ke jurusan IPA dan beruntungnya masuk I IPA 8. Pada suatu pagi saat istirahat pertama, Benny Gaok beserta beberapa temannya secara informal bertanya kepada kami sekelas apakah ada yang mau bergabung masuk APADELA untuk ikut mendaki Gn. Gede pada hari Sabtu menjelang. Saya W.B Iriansyah atau biasa dipanggil Ian saat itu langsung setuju ikut pendakian, karena memang saya suka mendaki sejak SD (1976) dan juga sudah mengenal Benny beberapa tahun sebelumnya. Dari seluruh kelas I IPA 8 (angkatan 1983) hanya saya yang ikut serta.


Pada Sabtu yang ditentukan setelah pulang sekolah, saya ke rumah Benny Gaok di bilangan Tebet. Seperti biasa "anak2 gunung" pada tahun 70an dan awal 80an selalu menumpang truk gratis dari lampu merah Cililitan sampai ke Cimacan dan langsung ke Cibodas.

Setelah berdoa mulailah kami mendaki dari Pos di luar Taman Cibodas (kalau tidak salah pendakian dari dalam Taman Cibodas harus memiliki ijin dari PPA sejak 1978). Beberapa saat setelah melewati Kandang Batu, rombongan kami menemukan sebuah ransel besar yang ditinggal begitu saja di atas batu, setelah menunggu sejenak siapa tahu ada rombongan lain sebagai empunya ransel, kami pun mulai membedah ransel, beberapa tangan masuk ke dalam ransel termasuk saya dan Benny. "Ini buat gue" ujar Benny sambil memegang sweater dengan kualitas baik dan pasti mahal harganya, sedangkan yang lain mengambil jaket parasut. Giliran tangan saya masuk ke ransel langsung terasa sebuah botol dan saya ambil, "Yang ini buat gue" ternyata sebotol Martini yang masih utuh.

Beberapa anggota rombongan meminum Martini untuk mengusir rasa dingin dan disisakan 3/4nya. Karena saya yang memegang, maka sepanjang pendakian saya minum terus sampai habis yang menyebabkan saya mungkin agak mabuk (ya pastilah 3/4 botol Martini sendirian..hahaha). Saya baru benar tersadar saat sampai di Air Panas, Benny mulai mengikat pinggang kami satu persatu dengan tali yang terhubung satu dengan lainnya , sambil berujar "Hati-hati ya...badan condong ke kiri"...Air Panas dengan batuan yang licin...kalau jatuh ke sisi kanan berupa jurang pastilah "Good Bye" jadi saya fully konsentrasi, untuk menghilanglah pengaruh alkohol, ini urusan nyawa bung.

Dina Malik wrote at 19:02 on 27 February 2009
I can't get no....
Ian Gomper wrote at 20:00 on 27 February 2009
Inget aja loh...hehehe yes... no satisfaction....hahaha
Prahashinta Dewie wrote at 23:24 on 05 July 2009
Ooohh ini tho wajah Ian G....ya..ya..gw inget deh
Ian Gomper wrote at 23:26 on 05 July 2009
Ya iyalah Chin...sptnya satu kelas di 2ipa10 ya...

Setelah melewati Tanjakan Akar (sekarang oleh tim SMANDEL PAS 50 dinamakan Tanjakan Setan Ngehe), sampailah kami di puncak Gn. Gede, kami berkumpul menantikan Matahari Terbit sambil saling meledek dan bercanda.
Saat Matahari naik cukup tinggi, Benny memimpin Doa Bersama untuk keselamatan, "Oke kita sekarang turun" kata Benny sambil menunjuk ke arah Bibir Kawah.
Bibir Kawah...?? "Ben kita turun ke mana" tanya saya (biasanya saya naik Gn. Gede turun melalui rute yang sama yaitu Cibodas). "Cipendawa lewat Surya Kencana...ayo berangkat" jawabnya. Saya ikut saja.... sejurus langkah saya baru menyadari kenapa ada acara Doa Bersama lagi...ternyata perjalanan menuju Surya Kencana membuat nyali ketar-ketir...jalan setapak (lebar 50cm) sisi kiri kawah...sisi kanan jurang leher kawah...ditengah jalan kami sempat tiduran di sebuah ceruk yang hanya muat untuk satu orang...anginpun menerpa cukup kencang membuat badan kadang condong ke kanan dan kiri.

Tapi perjalanan meniti bibir kawah tidak percuma, semua terbayar dengan pemandangan spektakuler Surya Kencana...dari atas, bagi saya Surya Kencana bulat putih seperti bekas UFO mendarat. Kamipun mengambil sejumput kecil Edelweiss untuk kenangan. "Ambil sedikit aja, masukin kantong celana" ingat Benny

Di Pos Cipendawa bawaan kamipun diperiksa, tapi karena kami simpan di celana dan cuma sedikit, maka loloslah rombongan dari pemeriksaan. Tetapi terkejut kami ketika ada rombongan (sebuah sekolah di Jakarta- tidak etislah menyebut namanya..hehehe) menanyakan apakah kami menemukan sebuah ransel di perjalanan yang mereka tinggal karena tidak kuat untuk membawanya. Keruan dengan kompak kami menjawab tidak..hehehe...ya sudah..menurut hukum internasional harta karun yang berada di perairan internasional kan milik penemunya...ya kan...ya kan hahahaha.

Begitulah sedikit pengalaman saya dengan APADELA yang membuat saya dapat melihat dan menjejakkan kaki di SURYA KENCANA.

NB : Bagi yang merasa ikut rombongan pendakian ini dan punya fotonya boleh berbagi dengan saya

2 comments:

Ines Muljawan said...

Kak Ian,
Kandang batu kan letaknya kalo dari arah Cibodas itu setelah Air Panas .. Jadi kalo kak Ian nemu Martininya setelah Kandang Batu, berarti cerita diatas kurang akurat.
Mungkin kak Ian & kawan2 menemukan ransel tsb di track antara Pondok Pemandangan & Air Panas ..

Ian Gomper said...

iya ya benar juga (padahal sdh dikoreksi The Omen)......ya kalau begitu setelah melewati danau biru sebelum air panas....thanks koreksinya maklum 30 thn yg lalu hehe