Widjanarko Budi '81
Ketika emak-emak Apadela
belanja tahu susu Lembang ditemani Aria, kami yang babe-babe menunggu sambil
ngupi atawa minum bajigur. Azwardi masih menemani sebelum kembali ke Jakarta
menyetir mobil sendiri.
Azwardi pulang ke Jakarta
karena ada undangan resepsi malam hari, dia tanpa membawa oleh-oleh Bandung
soalnya waktu berangkat dia pamit hanya untuk beli rokok. Azwardi nggak berbohong karena
memang dia ke Bandung untuk membeli rokok.
Ketika aku diminta untuk menceritakan
pengalaman di Apadela, 2 IPA 8, ini kesempatanku untuk menceritakan kehebatan
vespa kesayanganku.
Si vespa selalu setia
menemaniku pergi dan pulang sekolah, walaupun bukan vespa keluaran tahun
terbaru namun vespaku selalu tokcer.
Kejadian 32 tahun lalu
kira-kira begini. Pagi itu selesai mandi dan memakai seragam aku menghampiri si
vespa, aku lap sedikit, nggak perlu bersih-bersih, percuma juga nggak ada yang
naksir aku. Aku putar kunci kontak, dan mengengkolnya pelan, “brem …”, setelah
itu aku gas-gas dikit, “brem … bremm … bremmm..”. Percaya kan vespaku tokcer
banget.
Dengan vespa sebentar saja
aku sudah sampai di sekolah, sekarang aku ikut-ikutan belajar, sambil menunggu
bel pulang sekolah yang barusan berbunyi untuk selanjutnya menjumpai si vespa
lagi.
Sekali lagi ya aku
pemerkan kehebatan vespaku yang nggak pernah mogok, apalagi minggu lalu aku
tune-up sekaligus mengganti busi baru, bensinnya juga penuh.
Nih, lihat nih, perhatikan
baik-baik.
“Kok, nggak bunyi Bud !”.
Mungkin barusan aku
ngengkolnya nggak kaceng, aku coba sekali lagi ya.
“Kok, tetep nggak nyala
Bud !”
Mungkin gara-gara spionnya
kotor, aku bersihin dulu ya, nah sekarang pasti hidup.
“Kok, tetep aja nggak bunyi
Bud !”.
Aku engkol lagi, sekali,
dua kali, sepuluh kali …. 15 menit kemudian ..., 1 jam kemudian ..., 5 jam kemudian ….
4 hari kemudian ..., 10 hari kemudian …. tetap aja nggak mau nyala, akupun mulai kesal,
“Omennnnnnnnn …. lebay banget sih ngedit ceritanya !!!!”.
![]() |
Temi Jidad Apadela 28/04/81, dakika: Yusuf Rizal, Budi masih pakai jambul, Brebet, Ibenk, Ari pacarnya Andrina, Dicky |
Aku terpaksa berjalan di
samping si vespa menuju bengkel terdekat di Bukitduri Tanjakan, malu juga diledekin kawan-kawan
nenteng vespa mogok. Berat juga, apalagi jalannya menanjak. Untung tenagaku
cukup kuat untuk menuntunnya ke bengkel.
Sang montir mulai
bertanya, “Bensinnya ada nggak?”.
“Besin sih pul-teng”.
Si montir membuka kabel
busi, diambilnya obeng kecil untuk mencungkil sesuatu. Akupun tertawa kecut, “Dasar
Apadela isinya kunyuk semua!!!”, tetapi aku senang, Apadela telah memberikan
pengalaman yang tak terlupakan. Nggak apa-apa motorku mogok yang penting hidup
Apadela!.
Pantesan aja si vespa
nggak bisa hidup, soalnya diantara kabel dan businya disempal plastik.
No comments:
Post a Comment